Keberadaan vektor penyakit ini, tidak lain memiliki fungsi dalam memindahkan agent dari sumber penular, lingkungan (termasuk penderita), ke host yang baru. Walaupun kita tahu tidak setiap manusia yang terpapar agent yang dibonceng vektor itu dapat terjadi sakit. Hal ini dikarenakan sangat tergantung pada daya tahan manu-sianya yang akan dijadikan host baru. Ia dapat melawan agent yang dibawa vektor atau tidak?
Menurut literatur seputar entomologi dan epidemio-logi,
paling tidak terdapat tiga kondisi vektor yang mampu sebagai penyebab kesakitan
pada manusia, diantaranya ialah:
Pertama, kepadatan
vektor.
Kondisi banyaknya populasi vektor ini sangat berpengaruh
terhadap frekuensi kontaknya vektor dengan agent maupun host. Terjadinya kontak
dengan agent ini memiliki pengaruh terhadap jumlah agent yang bisa dipindahkan
dengan kendaraan vektor. Sementara itu, terjadinya hubungan dengan host baru
ini memiliki korelasi terhadap banyaknya agent yang menulari manusia. Sebagai
analogi matematis dapat kita katakan semakin sering frekuensi kontak vektor
dengan agent dan host baru, maka semakin tinggi angka timbulnya kesakitan di
suatu daerah.
Kedua, spesies
vektor.
Hal yang satu ini cukup unik memang, ternyata bila direnungkan
hanya ada beberapa spesies saja yang menjadi vektor dari suatu genus. Artinya
bila ada satu spesies yang menjadi vektor, tidak berarti spesies lainnya yang
masih dalam satu genus sama dapat menjadi vektor juga. Contohnya, Anopheles
sundaicus yang dapat men-jadi vektor malaria, tapi saudaranya sendiri yaitu
Anopheles vagus ternyata tidak bisa menjadi vektor.
Ketiga, usia
vektor.
Faktor usia alias umur biologis vektor ini, ternyata juga
memiliki pengaruh terhadap timbul-nya kesakitan akibat pengaruh adanya
virulensi vektor itu sendiri. Hal ini cukup beralasan sebab agent itu
membutuhkan waktu untuk melakukan perkembangan dan pertumbuhannya sampai ia
betul-betul mampu untuk menularkan penyakitnya. Dengan kata lain, kalau umur
biologis vektor itu pendek tentunya tidak cukup bagi agent untuk melakukan
proses per-tumbuhan dan perkembangannya di dalam tubuh vektor. Sehingga kondisi
ini tidak akan terjadinya proses penularan penyakit.
Akhirnya, kalau kita mau jujur dan merenungi terhadap fenomena ini tentu ada suatu benang merah yang dapat kita jadikan tali pegangan dalam usaha mencegah terjadinya penularan penyakit oleh tular vektor pada manusia yaitu tidak semua vektor itu ternyata mampu menularkan penyakitnya. Jadi, tidak semua vektor itu sama ya......!!!
Arda Dinata adalah Peneliti Kesehatan dan Penulis Buku "BERSAHABAT DENGAN NYAMUK: Jurus Jitu Atasi Penyakit Bersumber Nyamuk."
'new, bersahabat dengan nyamuk, nyamuk, umur nyamuk, morfologi nyamuk, klasifikasi nyamuk, nyamuk aedes aegypti, nyamuk demam berdarah, nyamuk anopheles, nyamuk chikungunya, nyamuk malaria, nyamuk kaki gajah, filariasis, je, penyakit nyamuk, penyakit nyamuk cikungunya, pengertian nyamuk, hindari penyakit nyamuk, demam berdarah nyamuk, nyamuk baru, reperensi penyakit nyamuk, akibat nyamuk, obat nyamuk, nyamuk blog, mosquito, anti mosquito, mosquito trap, mosquito sound, jurnal nyamuk, jurnal nyamuk aedes aegypti, jurnal pengendalian nyamuk, jurnal nyamuk cuex, nyamuk lingkungan, jurnal pengendalian nyamuk, nyamuk psn, jurnal nyamuk search, jurnal larva, aspirator, aspirator nyamuk, insect aspirator, vektor nyamuk, vektor nyamuk culex, struktur vektor nyamuk, vektor nyamuk anopheles, jurnal pengendalian vektor nyamuk, vektor nyamuk filariasis, pengertian vektor nyamuk, artikel vektor nyamuk, contoh vektor nyamuk, buku nyamuk, anatomi nyamuk, tanaman pengusir nyamuk, tanaman pengusir nyamuk dalam rumah, tanaman pengusir nyamuk blog, tanaman hias pengusir nyamuk, tanaman pengusir nyamuk paling ampuh, jual tanaman pengusir nyamuk, tanaman pengusir nyamuk alami, herbal, tompen, tanaman obat, lavender, zodia, wisata ilmiah nyamuk, musium nyamuk, insektarium nyamuk, tompen nyamuk, darah nyamuk'